Tatkala orang-orang yang berpendidikan tinggi jadi
pangkuan kehidupan kami yang hanya tamat dari bangku sekolah dasar. Saat itu, wajib sekolah sembilan tahun belum
digalakkan oleh pemerintah. Alhasil demikianlah apa yang menjadi layak untuk
dijalani dalam kehidupan ini.
Mereka yang bersekolah tinggi semakin canggih, ada yang
kuliah jarak jauh dan ada juga yang hanya dua hari dalam sepekan, Jumat dan Sabtu.
Demikian Masrani (36) dan Bahrian (34) mengais rezeki
pada hari-hari itu. Bermodal lahan parkir di gedung Pasca Unlam dan kantong
pelastik, mereka melakoni tukang parkir yang berbeda dengan tukang parkir lainnya.
Tidak sekedar menjaga kendaraan para mahasiswa S2 dan S3
yang sedang menimbah ilmu, helm mereka pun kami amankan dengan menutupkan kantong
pelastik. Sehingga mereka bisa berkonsentrasi menjalani kuliah tanpa risau akan
konsdisi helm saat hujan.
Aksi tukang parkir ini digalakkan tanpa ada biaya
tambahan dari parkir biasanya. Murni inisiatif agar tetap disenangi oleh
calon-calon master dan doktor, “memberikan pengamanan helm ini agar tidak basah
ketika hujan dan meminimalisir tindak pencurian helm yang bermerek,” demikian maksud
tujuan dua bujang tersebut.
Menjadi tukang parkir ini dilakoni sejak tahun 2001, setahun
kemudian penerapan mengamankan helm pun jadi kreatif mereka yang tiada duanya, “kami satu-satunya
di Indonesia,” tegas Masrani disela narsisnya menghadapi kamera D90, 27/09.
infuz
Tidak ada komentar:
Posting Komentar