GERHANA BINTANG

Frekwensi gerhana matahari lebih lama dibanding gerhana bulan
Gerhana matahari atau tertutupnya cahaya matahari yang katanya rahmat dan rahim dari Tuhan kepada bumi, namun ditutupi oleh bumi atau diri kita sendiri.
Adakah keadilan cinta kita terhadap matahari ataukah setidaknya berzikir kepadanya yang bersinar sepanjang hari untuk kita semua.
Matahari menyinari bumi dengan rahmat dan rahim walau di siang hari yang katanya saat itu banyak ciptaannya mencari nafkah untuk dunia dan mungkinkah menjadikan bekal untuk akhiratnya.
Wujud rembulan tak jauh beda dengan bumi, ia tak memiliki cahaya layaknya bumi yang hanya berharap pada matahari.
Namuan dalam kegelapan dunia, rembulan memiliki kelebihan 
Yang lebih dekat dengan Tuhan,
Yang diberikan kepercayaan untuk menyampaikan kebenaran,
Yang membawa pelita ketika manusia menggelapkan hidupnya,
Yang memberi contoh tauladan dan 
Yang sering mengingatkan kepada sesamanya.
Saat gerhana bulan, 
Cahaya Tuhan yang dipantulkan oleh rembulan dengan sempurna dan total kepada bumi justru kita menutupi atau fasik terhadap apa-apa yang telah ada pada mereka yang memantulkan cahaya Tuhan.
Bumi akan merasa kaya dan puas tanpa matahari dan bulan
Bumi akan merasa hebat dengan teknologinya tanpa mengingat-Nya
Bumi akan merasa sempurna dari tercapainya yang diinginkan tanpa takdir-Nya
Bumi akan merasa kekal dari ideologi-ideologi dan prinsip-prinsip tanpa akhirat
Bumi akan merasa indah dalam perjalanannya tanpa agama dan etika
Bumi akan merasa segalanya dengan melebihi potensi rembulan dan mentari dengan cara berlomba-lomba menjadi super star meskipun berawal dari komunitas terkecil.
Bumi ingin menjadi bintang yang memiliki cahaya kepentingan sendiri
Berkat ideologi-ideologi & prinsip-prinsip, kita akan merasa lebih baik dari orang-orang pilihan Tuhan 
Semuanya akan kita punya tanpa refleksi wujud-Nya
Mengapa, setelah merasa lebih tinggi dan jauh dari-Nya, 
Toh dunia masih tetap dijunjung tinggi bahkan rela berkorban walau meninggalkan iman yang pernah bertahta di hati yang percaya akan akhirat.
Adakah bintang yang bersinar di siang hari??? Namun mengapa kita masih saja tidak menakui-Nya melainkan menampakkan kesuksesan dan segala yang dimiliki.
Lalu mengapa di balik kesuksesan manusia justru saling urus diri sendiri, saling berunjuk kelebihan, selalu ingin menang, tak mau terima nasihat, saling merasa hebat, sempurna dst.
Sebelum kita menjadi bintang
Sebelum bintang menjadi panutan
Sebelum panutan menjadi penjelmaan
Sebelum penjelmaan menjadi harapan
Sebelum harapan dijadikan takdir Tuhan
Kita telah yakin dengan segalanya tanpa mengingat apalagi menyebut nama-Nya.
Fenomenal Gen
Kos.Selasa, 27 Juni 2006





Tidak ada komentar:

Posting Komentar